Mencari makna dan tujuan hidup
Setelah lulus SMA, saya ikut saudara ke Jakarta. Saat itu saya tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Tamat SD - SMP - SMA berlalu begitu saja. Suatu kali saya mengunjungi monas, naik ke atas menara dan memperhatikan mobil-mobil dan orang-orang yang berlalu lalang. Saya bertanya pada diri saya sendiri, 'apa sebenarnya yang saya cari dalam hidup ini?' Saya ingin mencari pengalaman dan pengetahuan, dan inilah yang menjadi visi saya waktu itu.Menjalin hubungan dengan wanita yang tidak seiman
Saya seorang muslim, dan ketika kuliah saya menjalin hubungan dengan seorang wanita beragama kristen. Saya sangat mencintainya dan saya menemukan ada 'kasih' yang lain pada dirinya. Namun saya saat itu tidak mengerti kenapa orang kristen itu bisa menyembah Yesus. Saya ingin tahu lebih banyak dan membaca Alkitabnya.Pernah pada suatu kesempatan saya bertanya pada dosen agama islam di kampus, 'kalau Yesus itu bukan Tuhan, kenapa orang Kristen menyembahNya?' Ia hanya memberikan buku-buku miliknya untuk saya baca. Saya berusaha untuk mendalami dan mempelajari tentang kehidupan Yesus lewat alkitab pacar saya, alquran saya dan buku-buku yang diberikan oleh dosen saya.
Semakin saya mempelajarinya, semakin kagum saya dengan pribadiNya. Kemana-mana saya selalu membicarakan tentang Yesus, hingga teman-teman saya sempat mengkritik saya, bahkan saudara-saudara saya menuduh saya sudah murtad dan sesat. Saya selalu mengatakan bahwa Yesus adalah orang yang Revolusioner, pejuang HAM, rela mati demi sesama dan tidak munafik seperti ahli-ahli agama pada umumnya.
Saya sempat memimpin ibadah di mesjid kampus dan berbicara tentang Isa Al Masih. Ada salah satu umat yang memprotes saya dan menuduh saya sebagai orang kristen yang menyusup. Ia memaksa saya untuk memperlihatkan KTP saya dan setelah saya menyerahkan kepadanya barulah ia sadar bahwa saya seorang muslim asli. Ia lalu minta maaf dan bahkan berusaha untuk mencium tangan saya.
Keputusan untuk menikah
Semakin hari saya semakin mencintai Yesus. Saya tetap rajin beribadah dam sering menangis saat sujud berdoa. Teman-teman dan saudara-saudara saya semakin bingung dan saya pun ikut bingung. Saya tetap mencintai pacar saya, namun tidak tahu bagaimana jadinya. Haruskah kami berpisah? Saya sangat berputus asa dan patah hati seperti mau mati rasanya. Saya tidak bisa menjadi seorang Kristen seperti dia, dan dia pun tidak mau meninggalkan Yesus, Tuhannya.Dalam keadaan seperti itu saya mendapat kunjungan dari dua orang yang mengaku sebagai orang Kristen juga. Namun mereka menjelaskan bahwa Yesus bukan Allah seperti yang disembah oleh agama Kristen mayoritas. mereka menerangkan bahwa Yesus hanyalah tuan, bukan Tuhan. Nama Allah sendiri adalah Yehuwa. Saya dapat menerima keyakinan mereka dan mau belajar lebih banyak dari mereka.
Akhirnya saya memutuskan untuk menjadi Kristen aliran mereka dan di baptis, karena Kristen aliran ini tidak mengganggu iman saya, dan saya dapat menikah dengan pacar saya yang sangat saya cintai secara Kristiani. Iman saya saat itu tetaplah islam, namun saya dibabtis secara kristen hanya untuk sebagai syarat supaya saya bisa menikah dengan pacar saya.
Saat perjalanan ke Sulawesi untuk menikah di sana, saya naik kapal dengan segala beban di hati, dengan perasaan galau dan tidak tahu kemana nasib membawa saya dengan seribu macam pertanyaan yang tidak terjawab dalam pikiran saya.
Saya teringat kata-kata bijak dari seorang Norma Edwin, seorang penjelajah, pendaki gunung dan penelusur gua yang mati beku di gunung Everest. Ketika mayatnya ditemukan, ada selembar kertas di tangannya yang bertuliskan, "Hidup ini menuntut keberanian, berani menghadapi tanda tanya tanpa bisa menjawab, berani menghadapi tantangan tanpa bisa melawan, oleh karena itu, hadapilah dengan berani!" Inilah yang saya pegang.
Saya berdoa dalam hati, 'Jika Allah yang saya sembah pagi, siang dan malam dan yang disembah oleh nenek moyang saya tidak mau saya dibabtis dan menikah di sulawesi, biarlah kapal yang saya tumpangi ini tenggelam dan biarlah saya mati kaku di dalam laut!'
Beberapa saat kemudian, di kapal itu saya melihat ada orang asing, saya mengira ia orang amerika. saya sekedar menyapa saja,
"Are you christian?"
"Yes, you?" balasnya.
"I am Jehova Witness" jawab saya.
Dia agak kaget mendengar jawaban saya, namun sesaat kemudian dia menanyakan apakah saya mau diajak berdoa bersama dengannya.
"Ok!" saya setuju. Lalu, sambil berdiri kami menghadap ke laut, dia kemudian merangkul saya dengan satu tangan dan tangan yang lain ia angkat tinggi ke langit. Urapan yang luar biasa saya rasakan, beban berat yang menghimpit saya lenyap begitu saja, dan begitu ringan ketika saya mencoba berjalan. Setelah selesai berdoa, saya berkata kepadanya,
"If Jesus is here now, we can see Him walks on water!"
Dia tertawa, dan entah apa yang dia katakan saat itu, tetapi saya mengetahui dengan pasti bahwa Yesus sedang berjalan dalam lautan hati saya. Saya telah menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat saya.
Saya akhirnya tiba di sulawesi dengan selamat, dibabtis dan menikah di gereja dengan lancar dan saya menemukan suatu bentuk ibadah yang sempurna, yang sungguh bisa merasakan dekatnya hadirat Allah. ada lagu pujian yang selalu terngiang-ngiang di telinga saya:
"Ajaib, ajaib, ajaib, ajaiblah Tuhanku,
Ajaib, ajaib, ajaib, ajaiblah yang sungguh,
Besarlah rahmatNya, heranlah kuasaNya,
Ajaiblah Engkau Tuhan, ajaib, ajaib."
Pada suatu saat saya mengalami sakit, divonis dokter kena TBC dan Tipus. Isteri saya pulang gereja membawa perjamuan kudus dan meminta saya untuk memakan dan meminumnya. Ia mengatakan bahwa ini adalah Tubuh dan Darah Tuhan Yesus, kalau saya memakan dan meminumnya, maka saya menyatu dengan Tuhan dan segala sakit penyakit yang saya alami akan ditanggung olehNya. Saya menyerahkan hidup saya kepada Tuhan dan menerima perjamuan kudus, dan saya sembuh total secara ajaib. Sebab memang Tuhan sudah menanggung sakit penyakit kita di atas kayu salib.
Yesaya 53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Inilah kesaksian saya, tentang Yesus yang tadinya asing bagi saya, kemudian menjadi idola saya, lalu barulah saya mengakuinya sebagai Tuhan dan Juruselamat saya, yang mengampuni dosa-dosa saya dan menyembuhkan segala penyakit saya. Sebenarnya masih banyak lagi kesaksian saya, terutama karena saya sekarang telah berjalan bersama Tuhan Yesus, namun rasanya 30 halamanpun masih kurang untuk menuliskan semuanya.
Demikianlah kesaksian saya,
Yeremia Ibrahim Harahap
With GOD's Love
6 comments:
Ini baru menyatakan yang benar bukan menganggap agama lain salah!
Kita liat disini Mas Yeremia ikut Kristen karena adanya kebenaran dalam Yesus bukan karena agama Islam tidak baik ...
Jadi, kita harus saling menghormati agama lain ...
Untuk menjadi lebih baik carilah kebaikan kita bukan kejelekan orang lain ...
Maaf saya lebih melihat anda goncang karena hanya karena keindahan dunia (dalam hal ini wanita). Anda mencari win-win solution dalam kebimbangan. Bukan porsi saya untuk menilai: Agama "A" atau "B" adalah yang terbaik, tapi saya menyayangkan sikap Anda yang berpindah keyakinan karena didasarkan pada kecintaan pada Wanita, bukan berdasarkan perenungan..
remember...if we life once..no anymore...find your truth soul now and you never despairs.....
kembalilah pada hati yang fitri dan dalami, kalau kau tahu perang salib dan orang quraisy.jika kau masih percaya maka al-quran adalah jawabanya.MUHAMMAD tidak pernah mati.....
aku yakin kau akan menyesal ketika hari itu tiba...
salut,..butuh kepala yang dingin dan hati yg tulus mau membuka dengan kesaksian anda.
pilihan ada pada diri masing2 pribadi.
Teruslah jalan... yakinkan pilihan sdh benar, seperti yang juga saya pilih. karena memang penghulu sistem ini akan berarkhir.
salam damai sejahterah.
kesaksiannya memberkati sekali. dari kesaksian ini, kta bisa melihatbagaimana Tuhan menyediakan supaya Saudara mengetahui kebenaran itu.
oh iya. jika ada waktu, bisa kunjungi saksiyehuwa.blogspot.com
GBU
kenapa pembicaraan tentang agama harus dinilai dari "agama yang ini benar, dan yang itu salah"?
bsgi Anda yang menganggap agama Anda yang paling benar, pernahkah Anda mengkaji kitab suci agama Anda sendiri lebih dalam.
Saya mendapati bahwa walaupun keyakinan seorang dengan yang lain berbeda, pada akhirnya pedoman iman mereka adalah kitab suci, dan dalam kitab suci dari berbagai aliran agama yang diakui bangsa Indonesia, ada banyak sekali persamaan yang seharusnya hal tersebut dapat mempersatukan kita dalam keanekaragaman iman.
Perlukah kita bertindak anarkis, fanatis, dan menghakimi orang yang berbeda keyakinan dengan kita? Sdr. Yeremia disini hanya membagikan apa yang telah dia alami tanpa sedikitpun membahas tentang benar atau salahnya suatu agama. apakah itu salah?
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Post a Comment