Seorang reporter televisi sedang berjalan di sebuah pertokoan di Tokyo menjelang hari Natal. Sama seperti kota-kota besar di dunia, ada banyak orang yang sedang berbelanja untuk menyongsong Natal.
Reporter berhenti sejenak untuk mewawancarai seorang wanitamuda, yang sarat dengan tas belanjaan. “Menurut anda, apa sih Natal itu?” Sambil tertawa tersipu-sipu, wanita muda ini menjawab, “Saya tidak tahu pasti. Apakah hari kematian Yesus?”
Ada benarnya jawaban wanita itu. Ketika komersialisme mulai merasuki perayaan Natal, maka di situlah terjadi “kematian” Kristus dalam perayaan Natal. Menjelang hari Natal, toko-toko dan pusat perbelanjaan berlomba-lomba berhias. Pohon Natal dipajang, lampu kerlap-kerlip dipasang dan musik pun berkumandang.
Untuk apa semua keriuhan ini? Untuk merayakan kelahiran Yesus Kristus? Tunggu dulu! Tampaknya semua itu lebih cenderung di maksudkan untuk memikat calon pembeli dan meningkatkan pembelian. Sebab dengan adanya pembelian, maka roda capital tetap berputar.
Berbelanja di hari Natal itu tidak salah. Namun yang kita perlu bijaksana dalam mengeluarkan uang ekstra pada masa-masa ini. Pikirkan sejenak sebelum memutuskan membayar sesuatu: “Untuk apa aku membeli ini? Apakah itu untuk memuaskan keinginan dagingku? Apakah untuk memuaskan keinginan mataku?” Jika “ya”, sebaiknya tutup kembali dompet anda.
Belanjalah dengan bijak: bedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Ayat bacaan: 1 Yohanes 2:7-17. “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” (1 Yohanes 2:16).
1 comments:
mari belanja :p
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Post a Comment