God's Hand

Tuesday, September 23, 2008

Sion berkata : Tuhan telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku. Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat Aku telah melukiskan (mengukir) engkau di telapak tanganKU.(Yesaya 49 : 14 – 16 )



Sulit untuk secara tepat membayangkan keadaan bangsa Israel tatkala mereka dibuang ke Babilonia tahun 550 SM. Mereka tentunya merasa putus asa akibat bencana yang menimpa mereka itu. Keadaan mereka yang demikian ini sebagai buntut dari runtuhnya Yerusalem beberapa abad sebelumnya. Dapat pula dibayangkan bagaimana mereka kehilangan anggota keluarga, sanak saudara dan teman yang mati di medan pertempuran dalam mempertahankan kota Yerusalem. Dan mereka yang selamat dari pertempuran itu tentunya mengalami penderitaan yang amat berat. Mereka terancam mati kelaparan karena suplai bahan pangan terhenti karena kota mereka terkepung oleh musuh. Dan akhirnya jatuhlah kota suci Yerusalem ke tangan orang-orang Babilonia. Mereka juga membakari rumah-rumah warga Israel. Dan akhir dari semua itu, semua bangsa Israel harus rela dibuang ke Babilonia. Dalam bahasa manusia mereka telah kehilangan segala-galanya.


Tetapi dalam pandangan agama, mereka, bangsa Israel itu mengalami hal yang lebih buruk lagi. Bait suci Yerusalem dirampok habis-habisan dan kemudian dihancurkan. Tempat bersemayamnya Allah di dunia itu kini telah tinggal puing-puing saja. Hal terburuk bagi bangsa Israel bahwa mereka tidak lagi mempunyai altar persembahan yang dapat digunakan mengunjukkan korban pepulih bagi mereka. Keadaan kontradiktif terjadi, dimana Allah sebelumnya telah menjanjikan bahwa keturunan Daud itu akan memerintah umat Allah untuk selama-lamanya, dan kini pada kenyataannya mereka dalam tawanan dan berada di bawah kekuasaan orang-orang kafir pimpinan raja Babilonia.

Bertahun-tahun berada di tempat pembuangan di Babilonia menjadikan mereka mempunyai pikiran bahwa “Tuhan telah meninggalkan kita; Tuhan telah melupakan kita semua.” Pada saat itu sebenarnya telah terdapat sebuah nubuat bahwa mereka akan kembali ke Yerusalem. Tetapi secara bertahun-tahun tiada satu pun tanda bahwa hal itu bakal terjadi. Dalam pandangan mereka bangsa Babilonia tidak akan dapat dikalahkan, dan mereka tampaknya akan tetap menjadi kaum buangan untuk selama-lamanya.

Dalam keadaan yang demikian ini, muncullah suara yang menembus kekelaman hati mereka. Suara yang menakjubkan atas nama Allah itu mengatakan : “Dapatkah seorang ibu melupakan bayi yang sedang dalam asuhannya? Dapatkah seorang ibu tidak mengasihi anak yang berasal dari kandungannya sendiri?” Tentu tidak bukan? Allah melanjutkan : “Tetapi walau seorang ibu dapat melupakan bayinya sendiri, Aku tidak akan melupakanmu.” Teks asli dalam bahasa Ibrani memberi penekanan pada kata “Aku” ; dimana kata Aku di sini berarti Allah, “Aku, Allah tidak akan melupakan kamu.” CintaKu padamu jauh lebih hebat dari pada cinta seorang ibu yang melahirkan anaknya; Aku tidak akan meninggalkan kamu.” Demikian kira-kira bunyi teks itu jika diparafrasekan secara bebas.

Jika hal di atas dirasakan belum cukup juga, maka Allah masih memberikan jaminan yang lain: “Lihat Aku telah melukiskan engkau di telapak tanganKu.” Hal ini jika digambarkan akan berarti bahwa Allah mentatokan nama-nama orang Israel di dalam telapak tanganNya. Kata-kata ini dalam bahasa Ibrani ditulis dengan sedikit berbeda bahkan lebih kuat lagi : Allah berkata “Aku telah mengukir kamu di telapak tanganKu.” Dapat dikatakan bahwa Allah telah mengukirkan nama-nama mereka sebagaimana ukiran huruf atau pahatan yang biasa terdapat pada batu.


Semua hal itu tentu menjadi suatu jaminan yang luar biasa dari Allah, yang diberikanNya pada kaum buangan. Mereka, kaum buangan itu, dibelai oleh Allah, yang belaianNya jauh lebih lembut dari lembutnya belaian seorang ibu kepada anak yang sedang disusuinya. Mereka dipahat dalam telapak tangan Allah. Jaminan-jaminan ini menaungi mereka semua yang berada di tempat pembuangan yang menyengsarakan itu. Allah mengalamatkan jaminan-jaminan yang sama itu bagi kita pula, di dalam situasi apapun kita berada. Kita pun tidak kalah dicintaiNya seperti umat Israel purba. Ia tidak akan meninggalkan atau melupakan kita walau apapun yang terjadi. Malahan keadaan dan hal-hal tertentu akan mungkin sekali mengubah pikiran kita bahwa Allah telah mengabaikan kita. Tetapi sebenarnya pada saat-saat yang paling gelap sekalipun, kita dapat melekatkan diri pada Allah, mengharapkan cintaNya yang selalu tetap pada kita. Komitmen Allah untuk tetap mencintai kita tidak akan tergoyahkan oleh apapun juga.

Kaum terbuang Israel telah menerima jaminan Allah berdasar nubuat. Kita pun telah diberi suatu alasan yang jauh lebih baik dari sekedar nubuat saja untuk menerima jaminan cinta Allah itu. Alasa itu adalah bahwa kita telah diberi putera tunggalNya, Yesus. “Allah menunjukkan kasihNya pada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita.” (Roma 5 : 8). Jika Allah telah memberikan puteraNya pada kita, akankah Ia kemudian pergi meninggalkan kita? Dapatkah Ia melupakan kita setelah peristiwa Calvary? Tidak. Allah tidak dapat melupakan kita, karena kita telah dilukis dalam telapak tangan Allah. Dan telapak tangan itu adalah telapak tangan Yesus, yang ditembus paku. Hal ini akan selalu menjadi peringatan Allah bahwa betapa cinta Allah pada kita.



Ku di tanganMu, ku di hatiMu
Di pikiranMu, di rencanaMu
Tak pernah kusendiri…
Ku di tanganMu, ku dihatiMu
Di pikiranMu, di rencanaMU
Tak pernah ditinggalkan.

Related Articles



0 comments:

Post a Comment