Ishak

Wednesday, July 9, 2008

Arti nama Ishak adalah "orang tertawa", hal ini berkaitan dengan kegembiraan Abraham saat menerima janji Allah bahwa Sara akan melahirkan anak bagi Abraham di usia tuanya (Kej 17:17). Walaupun awalnya Sara tertawa karena tidak meyakini bahwa Allah sanggup memberikan seorang anak baginya. Tetapi setelah kelahiran Ishak, Abraham dan Sara memberikan nama Ishak "orang tertawa" sebagai respon sukacita kebahagiaan sebab Allah memberikan kepada mereka seorang anak (Kej 18:12-15).

Ada dua hal penting yang terjadi dalam kehidupan Ishak, yaitu:






  1. Kelahirannya. Kelahiran Ishak meneguhkan ikatan perjanjian yang dibuat antara Allah dengan Abraham. Abraham dan Sara bila tidak memiliki ikatan perjanjian dengan Allah, tentunya mereka tidak mempunyai keturunan sampai hari matinya, karena Sara mandul. Tetapi oleh ketaatan Abraham kepada Allah, maka Allah mengubah kemustahilan tersebut sehingga diusia tua mereka (Abraham berumur 100 tahun dan Sara berumur 90 tahun), Allah memberikan seorang anak kepada Abraham (Kej 12:1-3). Setelah Ishak bertumbuh cukup dewasa, Allah kembali menguji ketaatan iman Abraham kepadaNya dengan meminta Abraham mempersembahkan Ishak kepada Allah sebagai korban bakaran. Sekali lagi Abraham taat. Hal ini membuat Allah meneguhkan kembali ikatan perjanjianNya tetapi kali ini bukan hanya dengan Abraham saja melainkan juga dengan Ishak. Awal perjanjian tersebut saat Ishak taat, ia menurut ketika dibaringkan oleh Abraham diatas mezbah persembahan, hal ini menunjukkan bahwa Ishak telah beriman kepada Allah dan dia setuju terhadap seluruh rencana Allah atas kehidupannya. Firman Tuhan dalam Yeremia 29:11 berkata: "sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan". Apabila saudara mempercayai Allah dengan sepenuh hati, maka Ia akan memberikan rancangan masa depan yang penuh harapan.

  2. Perkawinannya. Hal kedua yang mempunyai arti penting dalam kehidupan Ishak ialah perkawinannya. Kelahiran Ishak memang mengandung mujizat, tetapi setelah itu tampaknya ia harus meninggal dengan tidak mempunyai keturunan. Bagaimanakah dia dapat menjadi benih ilahi yang dijanjikan? Sebab melalui dialah garis keturunan yang dijanjikan kepada Abraham akan digenapi. Abraham yang prihatin akan kelanjutan benih yang dijanjikan itu, menyuruh hambanya yang paling tua mengambil seorang istri bagi Ishak dari negerinya sendiri, Haran. Ribka saudara sepupu Ishak, setuju untuk menikah dengan Ishak. Dua puluh tahun lamanya Ribka mandul. Kembali lagi nampaknya benih yang dijanjikan itu tidak akan datang melalui jalan keayahan alami biasa. Kemandulan Ribka menyebabkan Ishak memohon kepada Allah. Lalu Allah memberkati Ishak dengan dua orang anak (Yakub dan Esau) yang bertolak-tolakan di dalam rahimnya (Kej 25:21-26). Kedua anak tersebut mewakili dua bangsa, yang akan saling bermusuhan. Pertentangan demi pertentangan banyak terjadi dalam perkawinan Ishak dan Ribka oleh karena kedua anak tersebut; Ishak mengasihi Esau sedangkan Ribka mengasihi Yakub. Karena ditipu, Ishak akhirnya memberkati Yakub sebagai anak sulung, Ishak memberikan pelimpahan berkat secara berkesinambungan yang dijanjikan oleh Allah kepada Abraham, ba-paknya. Yakub kemudian meninggalkan Ishak karena ia menghindari kemarahan Esau, karena Ishak telah merebut hak kesulungannya. la ke Haran. Ishak masih hidup sampai Yakub kembali ke Kanaan. Ishak mati dalam usia tua (180 thn), dan ia dikebumikan oleh Esau dan Yakub.


Kisah Ishak mengajarkan kepada saudara dan kami, bahwa Allah memberkati keturunan orang benar yang percaya kepada-Nya. Tentunya berkat tersebut dapat kita terima apabila kita dapat menjadi teladan bagi anak-anak kita, khususnya teladan dalam iman kepada Allah yang sudah memanggil kita menjadi anakNya dalam Yesus Kristus Tuhan. Iman yang kita tujukan kepada Allah tentunya harus disertai dengan perbuatan yang nyata, yaitu perbuatan untuk memuliakan namaNya. Saudara dapat melihat dalam teladan Ishak, khususnya pada saat ia akan dipersembahkan oleh bapaknya, Abraham, sebagai korban di gunung Moria, dengan iman Ishak bersedia kedagingannya dimatikan/ dikorbankan bagi Allah.

Related Articles



0 comments:

Post a Comment