Henokh

Thursday, July 3, 2008

Nama Henokh artinya dipersembahkan. Sesuai dengan namanya, kita melihat bahwa memang hidup Henokh dipersembahkan kepada Allah. Karena itu arti nama sangat penting. Apabila kita melihat contoh lain dalam Alkitab; misalnya nama Abraham yang artinya bapak sejumlah besar bangsa, terbukti bahwa pada akhirnya Abraham menjadi bapak dari 12 suku Israel dan bapak semua orang percaya.



Dalam Kejadian 5:24, Firman Tuhan menyatakan bahwa Henokh adalah orang yang hidup bergaul dan berjalan dengan Allah. Kata ini mempunyai arti bahwa dengan kemauan sendiri bukan karena dipaksa, Henokh memilih untuk berjalan dengan Allah. Menurut Amsal 3:3, "berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji". Henokh telah membuat suatu perjanjian ilahi dengan Allah bahwa ia akan berjalan bersama-sama dengan Allah. Hal inilah yang menyebabkan ia dapat berjalan dengan Allah. Untuk dapat berjalan dengan Allah, Henokh harus menyisihkan segala kemauannya yang melawan kemauan Allah kemudian dengan kehendak bebas ia memilih untuk menuruti kehendak Allah. Sifat khas yang mencolok dalam kehidupan Henokh adalah penyerahan dirinya secara total kepada Allah. Kata "hidup bergaul dengan Allah", hanya diterapkan kepada dua orang yaitu kepada Henokh dan Nuh (Kej. 5:24, Kej. 6:9).



Saat kita memilih untuk berjalan dengan Allah maka kita memperoleh kesempatan untuk mengalami kemuliaan Allah dalam kehidupan ini. Di samping Henokh kita dapat melihat contoh kehidupan Musa saat ia menyerah total kepada kehendak Tuhan yang menyuruhnya untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, maka di atas gunung Sinai, Tuhan memberikan kepada Musa kesempatan untuk berada dalam hadirat-Nya selama 40 hari dan 40 malam. Saat kemuliaan Allah melingkupi Musa, Firman Tuhan menyatakan kepada kita bahwa muka Musa bercahaya sehingga orang Israel tidak tahan untuk tetap memandang wajah Musa.

Di dalam Perjanjian Lama menerangkan lebih dalam lagi mengenai keuntungan dari hidup berjalan dengan Allah, yaitu orang yang bergaul dengan Allah maka dia memperoleh kesempatan untuk dapat terangkat hidup-hidup ke surga. Dalam Ibrani 11:5, Firman Tuhan menyatakan tentang dua orang yang terangkat hidup-hidup (tanpa mengalami kematian tubuh) kehadirat Allah; mereka adalah Henokh dan Elia. Kedua peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah bukanlah Allah orang yang mati melainkan Allah orang yang hidup. Dan bahwa dunia orang mati bukanlah jawaban terakhir terhadap soal nasib orang yang benar. Surat Ibrani mengaitkan kenaikan Henokh ke surga karena imannya yang menonjol kepada Allah (Ibrani 11:5), "karena iman Henokh terangkat ke surga supaya ia tidak mengalami kematian dan ia tidak ditemukan lagi karena Allah telah mengangkat-nya sebab sebelum ia terangkat ia memperoleh kesaksian bahwa ia berkenan kepada Allah." Henokh dia bergaul dengan Allah. Agar kita dapat bergaul dengan Allah, kehidupan kita harus dipenuhi dengan Roh Kudus, karena Roh Kudus adalah wakil Yesus di dunia dan dia ada di dalam kita.



Apabila seseorang mau bergaul dengan baik dengan Roh Kudus, tidak memadamkan dan tidak melecehkan Roh Kudus. Maka hidupnya akan dipimpin oleh Allah. Selama Henokh bergaul dengan Allah, dia tidak melecehkan dan tidak melawan Tuhan Yesus. la tidak menyangkal Tuhan Yesus. Sama dengan kita tidak memadamkan dan melawan Roh Kudus. Tidak menyangkal dan tidak menghujat Roh Kudus, seperti Henokh diangkat hidup-hidup, demikian pula yang akan kita alami dalam kehidupan kita.




Henokh tidak mengalami kematian. Ini lebih jelas daripada kisah Habel yang telah diuraikan sebelumnya. Bila Habel dibenarkan karena darah, maka Henokh karena bergaul dengan Allah. Setelah saudara ditebus dengan darah Kristus, kita bergaul dengan Roh Kudus. Ini maksudnya supaya kita tidak mati yaitu jiwa kita tidak mati. Mungkin tubuh mati, tetapi Paulus berkata hai maut dimanakah sengatmu, hai maut dimanakah kuasamu. Imanuel Tuhan beserta kita. Paulus bergaul dengan Roh Kudus. Pengampunan saja tidak cukup, kita mesti bergaul dengan Roh Kudus seperti Henokh bergaul dengan Allah. Tuhan rindu untuk senantiasa bersekutu dan berjalan hari lepas hari dengan saudara. Kita pun tentunya mempunyai kerinduan yang sama, tetapi kita sama-sama menyadari bahwa roh dan pikiran kita sangat terbatas dan tidak dapat menjangkau keberadaan Allah yang begitu luar biasa, begitu mulia. Karena itu kita harus melatih diri hari lepas hari dengan cara berdoa, pembacaan Firman dan ibadah, dan masuk dalam tingkatan yang lebih tinggi lagi yaitu doa puasa.

Related Articles



0 comments:

Post a Comment